MAJALAH MULAJADI
Cerita legenda si Raja Batak memiliki kronologis yang berbeda beda dalam pemberitaanya. Namun tidak satu pun yang mampu untuk membuat hak paten cerita tersebut. Selain pada jaman dahulu belum ada yang menuliskan diatas kertas, juga para tokoh-tokoh yang mengerti menuturkannya sudah terlebih dahulu menghadap Yang Maha Kuasa (meninggal). Namun, dari hasil penelusuran beberapa sumber, penulis merangkumnya menjadi sebuah tulisan. Kiranya cerita sangat bermanfaat bagi masyarakat khususnya warga Batak. Agar dalam era modernisasi ini, kita tidak lupa akan nenek moyang kita.
Awal cerita, di atas langit (banua ginjang, nagori atas) ada seekor ayam bernama Manuk Manuk Hulambujati (MMH) berbadan sebesar kupu-kupu besar yang memiliki telur sebesar periuk tanah. MMH tidak mengerti bagaimana dia mengerami 3 butir telurnya yang demikian besar, sehingga ia bertanya kepada Mulajadi Na Bolon (Maha Pencipta) bagaimana caranya agar ketiga telur tsb menetas.
Mulajadi Na Bolon berkata, “Eramilah seperti biasa telur itu, pasti akan menetas!” walaupun merasa risau MMH menuruti perintah sang mulajadi Na Bolon. dan ketika terlur-telur tersebut menetas, MMH sangat terkejut. Karena ia sama sekali tidak mengenal ketiga makhluk yang keluar dari telur tersebut. Kembali ia bertanya kepada Mulajadi Nabolon dan atas perintah Mulajadi Na Bolon, MMH memberi nama ketiga makhluk tersebut (manusia), yang pertama lahir diberi nama TUAN BATARA GURU, yang kedua OMPU TUAN SORIPADA, dan yang ketiga OMPU TUAN MANGALABULAN, yang ketiga-tiganya adalah lelaki.
Setelah ketiga putranya dewasa, ia merasa bahwa mereka memerlukan seorang pendamping wanita. MMH kembali memohon dan Mulajadi Na Bolon mengirimkan 3 wanita cantik : SIBORU PAREME untuk istri Tuan Batara Guru, yang melahirkan 2 anak laki laki diberi nama TUAN SORI MUHAMMAD, dan DATU TANTAN DEBATA GURU MULIA dan 2 anak perempuan kembar bernama SIBORU SORBAJATI dan SIBORU DEAK PARUJAR. Anak kedua MMH, Tuan Soripada diberi istri bernama SIBORU PAROROT yang melahirkan anak laki-laki bernama TUAN SORIMANGARAJA sedangkan anak ketiga, Ompu Tuan Mangalabulan, diberi istri bernama SIBORU PANUTURI yang melahirkan TUAN DIPAMPAT TINGGI SABULAN.
Dari pasangan Ompu Tuan Soripada-Siboru Parorot, lahirlah anak yang wujudnya seperti kadal, Ompu Tuan Soripada menghadap Mulajadi Na Bolon (Maha Pencipta). “Tidak apa apa, berilah nama SIRAJA ENDA ENDA,” kata Mulajadi Na Bolon. Setelah anak-anak mereka dewasa, Ompu Tuan Soripada mendatangi abangnya, Tuan Batara Guru menanyakan bagaimana agar anak-anak mereka dikawinkan.
“Kawin dengan siapa? Anak perempuan saya mau dikawinkan kepada laki-laki mana?” tanya Tuan Batara Guru.
“Bagaimana kalau putri abang SIBORU SORBAJATI dikawinkan dengan anak saya Siraja Enda Enda. Mas kawin apapu akan kami penuhi, tetapi syaratnya putri abang yang mendatangi putra saya,” kata Tuan Soripada agak kuatir, karena putranya berwujud kadal.
Akhirnya mereka sepakat. Pada waktu yang ditentukan Siboru Sorbajati mendatangai rumah Siraja Enda Enda dan sebelum masuk, dari luar ia bertanya apakah benar mereka dijodohkan.
Siraja Enda Enda mengatakan benar, dan ia sangat gembira atas kedatangan calon istrinya. Dipersilakannya Siboru Sorbajati naik ke rumah. Namun betapa terperanjatnya Siboru Sorbajati karena lelaki calon suaminya itu ternyata berwujud kadal.
Dengan perasaan kecewa ia pulang mengadu kepada abangnya Datu Tantan Debata.
“Lebih baik saya mati daripada kawin dengan kadal,” katanya terisak-isak.
“Jangan begitu anakku,” kata Datu Tantan Debata. “Kami semua telah menyetujui bahwa dialah calon suamimu. Mas kawinnya sudah kami terima. Kalau kau menolak, mas kawin itu harus dikembalikan dua kali lipat jumlah dari yang bapak terima.” Jawab kedua orang tuanya.
Siboru Sorbajati tetap menolak. Namun karena terus-menerus dibujuk, akhirnya hatinyapun luluh juga. Dia pun meminta kepada orangtuanya agar menggelar “gondang” karena ia ingin “manortor” (menari) semalam suntuk.
Permintaan itu dipenuhi Tuan Batara Guru. Maka sepanjang malam, Siboru Sorbajati manortor di hadapan keluarganya. Menjelang matahari terbit, tiba-tiba tariannya (tortor) mulai aneh, tiba-tiba ia melompat ke “para-para” dan dari sana ia melompat ke “bonggor” kemudian ke halaman dan yang mengejutkan tubuhnya mendadak tertancap ke dalam tanah dan hilang terkubur!
Keluarga Ompu Tuan Soripada amat terkejut mendengar calon menantunya hilang terkubur dan menuntut agar Keluarga Tuan Batara Guru memberikan putri ke-2 nya, Siboru Deak Parujar untuk Siraja Enda Enda.
Sama seperti Siboru Sorbajati, ia menolak keras. “Sorry ya, apa lagi saya,” katanya. Namun karena didesak terus, ia akhirnya mengalah tetapi syaratnya orang tuanya harus menggelar “gondang” semalam suntuk karena ia ingin “manortor” juga. Sama dengan kakaknya, menjelang matahari terbit tortornya mulai aneh dan mendadak ia melompat ke halaman dan menghilang ke arah laut di benua tengah (Banua Tonga). Di tengah laut ia digigit lumba-lumba dan binatang laut lainnya dan ketika burung layang-layang lewat, ia minta bantuan diberikan tanah untuk tempat berpijak. Sayangnya, tanah yang dibawa burung layang-layang hancur karena digoncang NAGA PADOHA.
Siboru Deak Parujar menemui Naga Padoha agar tidak menggoncang Banua Tonga.
“OK,” katanya. “Sebenarnya aku tidak sengaja, kakiku rematik. Tolonglah sembuhkan.”
Siboru Deak Parujar berhasil menyembuhkan dan kepada Mulajadi Na Bolon dia meminta alat pemasung untuk memasung Naga Padoha agar tidak mengganggu. Naga Padoha berhasil dipasung hingga ditimbun dengan tanah dan terbenam ke benua tengah (Banua Toru). Bila terjadi gempa, itu pertanda Naga Padoha sedang meronta di bawah sana.
Alkisah, Mulajadi Na Bolon menyuruh Siboru Deak Parujar kembali ke Benua Atas. Namun dia menolak. Karena dia lebih senang tinggal di Banua Tonga (bumi), Mulajadi Na Bolon mengutus RAJA ODAP ODAP untuk menjadi suaminya dan mereka tinggal di SIANJUR MULA MULA di kaki gunung Pusuk Buhit.
Dari perkawinan mereka lahir 2 anak kembar : RAJA IHAT MANISIA (laki-laki) dan BORU ITAM MANISIA (perempuan). Tidak dijelaskan Raja Ihat Manisia kawin dengan siapa, ia mempunyai 3 anak laki laki : RAJA MIOK MIOK, PATUNDAL NA BEGU dan AJI LAPAS LAPAS. Raja Miok Miok tinggal di Sianjur Mula Mula, karena 2 saudaranya pergi merantau karena mereka berselisih paham.
Raja Miok Miok mempunyai anak laki-laki bernama ENGBANUA, dan 3 cucu dari Engbanua yaitu : RAJA UJUNG, RAJA BONANG BONANG dan RAJA JAU. Konon Raja Ujung menjadi
leluhur orang Aceh dan Raja Jau menjadi leluhur orang Nias. Sedangkan Raja Bonang Bonang (anak ke-2) memiliki anak bernama RAJA TANTAN DEBATA, dan anak dari Tantan Debata inilah disebut SI RAJA BATAK, YANG MENJADI LELUHUR ORANG BATAK DAN BERDIAM DI SIANJUR MULA MULA DI KAKI GUNUNG PUSUK BUHIT!
Dari kaki gunung pusuk buhit inilah dipercayai keturunan orang batak menyebar luas hingga ke penjuru dunia.
Sumber : dari berbagai buku dan cerita tokoh masyarakat Sianjurmula-mula
Legenda Asal Usul Si Raja Batak
Rabu, 31 Juli 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
sah-sah saja sebenarnya jika anda menceritakan mitos atau dongeng si Raja Batak demikian sesuai dengan versi anda karena banyak versi yg berkembang di masyarakat berbeda-beda namun alangkah baiknya jika di telusuri melalui Sejarah Asal-usul Si Raja Batak yang sebenarnya agar pembaca tidak bingung Malah menertawakan Majalah ini sehingga lebih banyak masyarakat terlibat dan lebih penasaran akan sejarah yang sebenarnya,bicara tentang Raja Batak berarti bicara tentang Asal Mula Orang Batak nah.;versi anda mengatakan menurut legenda atau dongeng.,namun jika kita baca Sejarah dari banyak referensi bahwa Orang Batak berasal dari Pegunungan Yuan china sebelah Utara yaitu dari suku Mansyuria Ras Mongolia karena pada saat itu terjadi Pergolakan Antara suku Mansyuria dengan Suku Tar-tar yang notabene masih satu keturunan..sehingga suku Mansyuria Kalah Perang dengan bangsa Tartar sehingga mendesak mereka untuk keluar dari negri tersebut turun ke perbatasan Thailand dan disan mengembangkan budaya dongso yg banyak kemiripan dengan Budaya Batak namun tak lama di sana suku Tar-tar (Bar-bar) mengetahui keberadaan mereka dan suku Mongol kembali di serang akibat serangan tersebut Ras mongolia yg disebut juga PROTO MALAYAN di Indonesia terdesak dan mundur ke Pantai Pilifina disana juga mereka meninggalkan Kebudayaan di suatu Pulau yg sampai sekarang penghuninya berbahasa Batak,,kemudian Bangsa Tar-tar kembali menyerang sehingga mereka terdesak dan pergi Berlayar ke laut sulawesi dan meninggalkan budaya minahasa yaitu Budaya yg mirip dengan Bangsa Batak (suku Minahasa Toraja) kemudian beberapa dari mereka memutuskan berlayar ke OKU Lampung dan kemudian ke Pantai Barus sehingga mereka memutuskan tinggal menetap di sana namun karena kekwatiran akan Suku Tar-tar yg terus menmburu mereka maka Si raja Batak memerintahkan Hulubalangnya untuk mencari Daerah yg Aman dan Strategis untuk memulai Hidup Baru sekaligus sebagai Tameng Pertahanan jika sewaktu Bangsa Tar-tar menyerang sehingga penulusuran Hulu Balang tersebut sampai Ke Pussuk Buhit dan Rombongan tersebut menetaplah di Pussuk Buhit di perintah oleh Si Raja Batak.
BalasHapusmantap... thx
HapusMohon penulisan majalah tidak selalu berdasar mitos dan legenda tolong di sisipkan juga bukti-bukti sejarah dari referensi buku yang lain supaya masyarakat lebih cerdas dalam menerima Informasi dan memperkaya wawasan tentang sejarah dan Eksistensi Habatahon..Horas..maju terus
BalasHapusthx atas masukannya...
Hapus