MAJALAH MULAJADI
OLEH : RIA SITORUS
![]() |
(Situs
Pangulu Balang; posisi
si terdakwa saat akan disembelih
|
Pulau
Samosir tentu menjadi pilihan tepat yang sangat refresentatif bagi kami. Selain
panoramanya yang nan eksostis, juga masih banyak misteri yang belum terungkap
di sana. Pulau Samosir—adalah sebuah pulau di dalam peta Pulau Sumatera. Dan
Danau Toba—adalah sebuah danau yang penuh misteri.
Dalam sejarah geologi, Danau Toba
merupakan danau terbesar di Asia Tenggara, bahkan di dunia. Proses
super-vulcanologi pembentukan Danau Toba ini pun mengundang para peneliti dan
ahli-ahli geologi dari berbagai belahan dunia untuk melakukan penelitian secara
langsung ke Pulau Samosir yang dikelilingi Danau Toba maha luas ini.
Jika para peneliti dari luar negeri
dominan lebih tertarik meneliti bentang alam dan serajarah proses geologi Danau
Toba dan Pulau Samosir, berbeda dengan kami yang kali ini mencoba menelusuri
jejak-jejak sejarah Bangso Batak melalui situs-situs sejarah yang masih
tersisa, seperti halnya situs Pangulu Balang di Huta Siallagan.
Pangulu Balang—dalam sejarah
kerajaan Bangso Batak, merupakan pasukan penjaga Harbangan di sebuah ‘Huta’—kampung.
Tugas dan fungsi “Pangulu Balang” adalah untuk menjaga ketahanan dan pertahanan
sebuah ‘huta’ dari serangan musuh dan
para penjahat yang berniat merusak ketentraman ‘huta’ tersebut. “Pangulu Balang”
ditempatkan tepat di ‘harbangan’
ni ‘huta’ (pintu gerbang masuk sebuah
perkampungan).
Jika “Pangulu Balang” berhasil
menangkap penjahat yang masuk ke ‘huta’
yang mereka jaga, seperti misalnya ‘panangko’
(baca: panakko)—pencuri, ‘pangalangkup’
(baca: pangalakkup)—penzinah, ‘pamunu’—pembunuh;
maka si penjahat tersebut akan diserahkan kepada Raja Huta yang berkuasa. Lalu,
oleh Raja Huta, digelarlah acara “marlolo
Raja”—sebuah acara untuk musyawarah-mufakat antara Raja, para penasehat huta,
datu dan para tetua adat untuk menentukan hukuman yang sepantasnya bagi si
penjahat tersebut sesuai jenis kejahatan yang dilakukannya.
Setelah si terdakwa terbukti
bersalah, maka dijatuhilah dia hukuman mati. Si penjahat dibawa ke tempat ‘paneatan’—pemotongan, yang telah
disediakan di ‘harbangan ni huta’—pintu
gerbang masuk kampung. Si penjahat dikawal oleh para “Pangulu Balang” lalu
diletakkan di atas batu ‘paneatan’
dalam posisi terbaring, tangan diikat di belakang punggung, kaki hingga lutut
ditekut/dilipat di atas perut mencapai dada. Di bawah batu ‘paneatan’ itu telah terlebih dulu
dikumpulkan biji-biji kemiri yang kering sebagai bahan bakar untuk membakar
mayat itu nantinya, setelah si penjahat telah dipotong lehernya (tapi tidak
sampai terputus dari kepala).
Setelah semua persiapan sudah
lengkap, salah seorang “Pangulu Balang” yang telah dinobatkan sebagai ‘paneat’ (pemotong) akan mengambil pisau
panjang yang telah disediakan oleh Raja Huta, lalu ‘maneat’ (memotong) leher si penjahat. Ritual ‘paneatan’ ini disaksikan oleh Raja Huta, para penasehat kerajaan,
para datu, para tetua adat, para pangulu balang, warga huta serta terutama
keluarga si terdakwa.
Setelah
dipastikan si penjahat telah mati, maka tumpukan kemiri kering di bawah ‘batu paneatan’ itu dinyalakan untuk membakar
mayat si penjahat tersebut (dengan tujuan, agar tidak menyebarkan penyakit).
Situs
peninggalan “Batu Paneatan” itu masih bisa kita temukan di huta Siallagan,
Pulau Samosir, beberapa km sebelum lokasi situs Pemenggalan Batu Kursi, Huta
Siallagan. Situs Batu Paneatan Pangulu Balang ini terletak di harbangan ni
huta, dekat dengan porlak (kebun) warga. Situs ini masih utuh meski terlihat
agak berlumut kerana kurang perawatan.
Pulau
Samosir merupakan ladang sejarah misteri yang tersimpan di dalam
celah-celah bebatuan. Semakin
dicungkil—semakin banyak melahirkan tanda tanya. Dan tak habis-habisnya. Maka
sangat wajar jika pada akhirnya Pulau Samosir menjadi tujuan utama perjalanan
setiap orang. Apakah dia seorang penulis yang sedang ingin mencari
inspirasi-inspirasi baru, atau pun mereka para penggiat seni rupa, sebab
panorama nan eksotis, lukisan Agung Maha Karya Sang Debata tentu akan
memancarkan keluasan imaji yang luar biasa. Atau pun bagi mereka para geolog
yang sedang ingin memperkaya pemahaman dan ilmunya lewat penelitian, serta
masyarakat umum dengan berbagai profesi lainnya. Danau Toba tentu menjadi
tempat paling tepat.
Selain
situs wisata budaya “Pangulu Balang”, masih banyak
situs-situs budaya lainnya yang bisa kita kunjungi dan tak kalah menarik.
Seperti halnya situs “Persidangan Batu Kursi”, situs “Kerajaan Sidabutar”,
situs “Raja Lontung”, Huta Tomok, Sianjur Mula-Mula, Batu Hobon, Pusuk Buhit,
Aek Sipitu Dai, dan situs-situs wisata-budaya lainnya yang juga menyimpan
seribu misteri dari kisah sejarah masa lalu peradaban Bangso Batak.
0 komentar:
Posting Komentar
Mohon Komentar yang diberikan tidak mengandung Sara dan Tendensius