News Update :

Menelusuri Jejak Pangulu Balang di Samosir

Rabu, 21 Agustus 2013

MAJALAH MULAJADI

OLEH : RIA SITORUS
(Situs Pangulu Balang; posisi si terdakwa saat akan disembelih
Foto oleh : Ria Sitorus)
Pulau Samosir tentu menjadi pilihan tepat yang sangat refresentatif bagi kami. Selain panoramanya yang nan eksostis, juga masih banyak misteri yang belum terungkap di sana. Pulau Samosir—adalah sebuah pulau di dalam peta Pulau Sumatera. Dan Danau Toba—adalah sebuah danau yang penuh misteri. 

            Dalam sejarah geologi, Danau Toba merupakan danau terbesar di Asia Tenggara, bahkan di dunia. Proses super-vulcanologi pembentukan Danau Toba ini pun mengundang para peneliti dan ahli-ahli geologi dari berbagai belahan dunia untuk melakukan penelitian secara langsung ke Pulau Samosir yang dikelilingi Danau Toba maha luas ini.
            Jika para peneliti dari luar negeri dominan lebih tertarik meneliti bentang alam dan serajarah proses geologi Danau Toba dan Pulau Samosir, berbeda dengan kami yang kali ini mencoba menelusuri jejak-jejak sejarah Bangso Batak melalui situs-situs sejarah yang masih tersisa, seperti halnya situs Pangulu Balang di Huta Siallagan.
            Pangulu Balang—dalam sejarah kerajaan Bangso Batak, merupakan pasukan penjaga Harbangan di sebuah ‘Huta’—kampung. Tugas dan fungsi “Pangulu Balang” adalah untuk menjaga ketahanan dan pertahanan sebuah ‘huta’ dari serangan musuh dan para penjahat yang berniat merusak ketentraman ‘huta’ tersebut. “Pangulu Balang”  ditempatkan tepat di ‘harbangan’ ni ‘huta’ (pintu gerbang masuk sebuah perkampungan).
            Jika “Pangulu Balang” berhasil menangkap penjahat yang masuk ke ‘huta’ yang mereka jaga, seperti misalnya ‘panangko’ (baca: panakko)—pencuri, ‘pangalangkup’ (baca: pangalakkup)—penzinah, ‘pamunu’—pembunuh; maka si penjahat tersebut akan diserahkan kepada Raja Huta yang berkuasa. Lalu, oleh Raja Huta, digelarlah acara “marlolo Raja”—sebuah acara untuk musyawarah-mufakat antara Raja, para penasehat huta, datu dan para tetua adat untuk menentukan hukuman yang sepantasnya bagi si penjahat tersebut sesuai jenis kejahatan yang dilakukannya.
            Setelah si terdakwa terbukti bersalah, maka dijatuhilah dia hukuman mati. Si penjahat dibawa ke tempat ‘paneatan’—pemotongan, yang telah disediakan di ‘harbangan ni huta’—pintu gerbang masuk kampung. Si penjahat dikawal oleh para “Pangulu Balang” lalu diletakkan di atas batu ‘paneatan’ dalam posisi terbaring, tangan diikat di belakang punggung, kaki hingga lutut ditekut/dilipat di atas perut mencapai dada. Di bawah batu ‘paneatan’ itu telah terlebih dulu dikumpulkan biji-biji kemiri yang kering sebagai bahan bakar untuk membakar mayat itu nantinya, setelah si penjahat telah dipotong lehernya (tapi tidak sampai terputus dari kepala).
            Setelah semua persiapan sudah lengkap, salah seorang “Pangulu Balang” yang telah dinobatkan sebagai ‘paneat’ (pemotong) akan mengambil pisau panjang yang telah disediakan oleh Raja Huta, lalu ‘maneat’ (memotong) leher si penjahat. Ritual ‘paneatan’ ini disaksikan oleh Raja Huta, para penasehat kerajaan, para datu, para tetua adat, para pangulu balang, warga huta serta terutama keluarga si terdakwa.
Setelah dipastikan si penjahat telah mati, maka tumpukan kemiri kering di bawah ‘batu paneatan’ itu dinyalakan untuk membakar mayat si penjahat tersebut (dengan tujuan, agar tidak menyebarkan penyakit).
Situs peninggalan “Batu Paneatan” itu masih bisa kita temukan di huta Siallagan, Pulau Samosir, beberapa km sebelum lokasi situs Pemenggalan Batu Kursi, Huta Siallagan. Situs Batu Paneatan Pangulu Balang ini terletak di harbangan ni huta, dekat dengan porlak (kebun) warga. Situs ini masih utuh meski terlihat agak berlumut kerana kurang perawatan.
            Pulau Samosir merupakan ladang sejarah misteri yang tersimpan di dalam celah-celah  bebatuan. Semakin dicungkil—semakin banyak melahirkan tanda tanya. Dan tak habis-habisnya. Maka sangat wajar jika pada akhirnya Pulau Samosir menjadi tujuan utama perjalanan setiap orang. Apakah dia seorang penulis yang sedang ingin mencari inspirasi-inspirasi baru, atau pun mereka para penggiat seni rupa, sebab panorama nan eksotis, lukisan Agung Maha Karya Sang Debata tentu akan memancarkan keluasan imaji yang luar biasa. Atau pun bagi mereka para geolog yang sedang ingin memperkaya pemahaman dan ilmunya lewat penelitian, serta masyarakat umum dengan berbagai profesi lainnya. Danau Toba tentu menjadi tempat paling tepat.

Selain situs wisata budaya “Pangulu Balang”, masih banyak situs-situs budaya lainnya yang bisa kita kunjungi dan tak kalah menarik. Seperti halnya situs “Persidangan Batu Kursi”, situs “Kerajaan Sidabutar”, situs “Raja Lontung”, Huta Tomok, Sianjur Mula-Mula, Batu Hobon, Pusuk Buhit, Aek Sipitu Dai, dan situs-situs wisata-budaya lainnya yang juga menyimpan seribu misteri dari kisah sejarah masa lalu peradaban Bangso Batak.

Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon Komentar yang diberikan tidak mengandung Sara dan Tendensius

 

© Copyright Majalah Mulajadi