News Update :
Diberdayakan oleh Blogger.

OPINI

TURI TURIAN

LIPUTAN KHUSUS

Dalihan Na Tolu mulai "Terkikis"

Senin, 09 Desember 2013

MULAJADI

Suku batak memiliki konsep adat berdasarkan kekerabatan dan kekeluargaan, biasa disebut dengan "Dalihan Na Tolu". Konsep ini mengajarkan bahwa orang batak harus mengetahui struktur keluarganya sejak dilahirkan ke bumi dan sering kali dibuat seperti model tarombo.

Dalam model Dalihan Na Tolu ini diterangkan bahwa :

  1. Hula-hula merupakan kelompok yang menempati posisi paling atas, yaitu posisi yang harus dihormati oleh seluruh orang Batak secara khusus Batak Toba. Adapun yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah pihak keluarga dari istri dan dalam istilah batak dapat dikatakan "Somba mar hula-hula".
  2. Dongan Tubu adalah kelompok yang posisinya sejajar, misalnya saudara satu marga. Kelompok ini adalah kelompok yang rentan terhadap perpecahan. Untuk itu, budaya Batak Toba mengenal konsep Manat Mardongan Tubu, artinya menjaga persaudaraan agar terhindar dari perseteruan. salah satu kisah perpecahan yang sering terjadi di Samosir saat ini adalah perkara masalah tanah. tidak jarang ditemukan sesama saudara na "Mardongan Tubu" akan terjadi persoalan bahkan hingga ke pengadilan.
  3. Boru adalah kelompok yang menempati posisi bawah, artinya kelompok ini umunya dikasihi (Elek Morboru). Adapun yang termasuk kelompok ini adalah saudara perempuan dari suami disebut dengan "Ito" dan dari pihak Bapak disebut dengan "Namboru".
akan tetapi ketiga falsafah ini kini sepertinya diambang kehancuran, sebab falsafah yang sangat dijaga ketat oleh leluhur orang batak dahulu mulai terkikis. Hal ini terjadi oleh banyak faktor seperti :

  • Faktor Politik
  • Faktor Ekonomi
  • Faktor Agama
  • dll
Ketiga faktor di atas umunya sangat mempengaruhi "Dalihan Na Tolu". Misalkan saja untuk faktor Poltik, tidak jarang terjadi perpecahan dalam jangka panjang akibat politik yang "membabibuta" bahkan hal ini pernah terjadi di Samosir. begitupun faktor ekonomi, terkadang miris rasanya ketika melihat seorang hula-hula "dicuekin" atau tidak dihormati/ dihargai oleh karena hula-hula tersebut berlatar belakang dari ekonomi lemah, hal tersebut sering terlihat ketika di paradatan maupun di acara-acara keluarga.

Hingga akhirnya penulis membuat tulisan ini, dengan harapan agar Dalihan Na Tolu tetap dipertahankan hingga dunia ini berakhir. sebab Dalihan Na Tolu merupakan Pondasi terkuat di dalam suku Batak secara khusus batak toba.

JADWAL FESTIVAL DANAU TOBA 2013

Jumat, 06 September 2013

MAJALAH MULAJADI


BOA-BOA TU NAMAR HOLONG NI ROHA TARINGOT HONOR

Selasa, 03 September 2013

MAJALAH MULAJADI

No
Jenis Tulisan
Kriteria Tulisan ke Redaksi
Honor
(Rp)
Ketentuan Pengiriman
Honorarium oleh Redaksi
1
Artikel
Pariwi sata
&
Budaya
Kapasitas tulisan 12.000 s/d 15.000 karakter (with space), Times New Roman, Font 12, Spasi 1,5. Setiap
pengiriman artikel pariwisata, penulis wajib menyertakan pic foto objek wisata terkait, 10-15 pic foto (dalam bentuk JPG) dan merupakan foto original.
100.000
Dua minggu s/d sebulan setelah terbit, dikirim oleh Redaksi(bagian kuangan) ke No. Rek Penulis (jika ada) atau diambil langsung oleh penulis ybs ke kantor Redaksi.
2
Esai
Tema : Menyangkut adat-istiadat habatahon, lokalitas, kesenian Batak, dll.*Times New Roman,
Font 12, Spasi 1,5. Kapasitas 7.000 s/d 9.000 karakter (with space)
85.000
Dua minggu s/d sebulan setelah terbit, dikirim oleh Redaksi (bagian kuangan) ke No. Rek Penulis (jika ada) atau diambil langsung oleh penulis ybs ke kantor Redaksi.
3
Cerpen
Tema : Mengangkat lokalitas Batak. Bisa berupa turi-turian, legenda atau mitologi, dsb. Kapasitas: 12.000 – 15.000 karakter (with space).
50.000
Dua minggu s/d sebulan setelah terbit, dikirim oleh Redaksi
(bagian kuangan) ke No. Rek Penulis (jika ada) atau diambil langsung oleh penulis ybs ke kantor Redaksi.
4
Puisi
Tema : Lokalitas Batak, destinasi pariwisata Danau Toba, Kehidupan Sosial Masyarakat Batak (dalam
bahasa tutur Bahasa Indonesia atau pun bahasa tutur dalam Hata Batak
Klasik). Setiap pengiriman PUISI ke Redaksi min. 6 Judul Puisi. Dilengkapi BIODATA dan foto (JPG) si penulis. Karya harus original dan belum pernah dimuat di media apa pun, dan dalam bentuk apa pun.
20.000
Dua minggu s/d sebulan setelah terbit, dikirim oleh Redaksi (bagian kuangan) ke No. Rek Penulis (jika ada) atau diambil langsung oleh penulis ybs ke kantor Redaksi.
NB : Khusus untuk PUISI, honorarium dapat diambil setelah PUISI yang terbit min. 10 Judul.

PALIPI SIAP SUKSESKAN FESTIVAL DANAU TOBA 2013

CAMAT PALIPI/ TOGARAJA SINAGA/ dok. Mulajadi
MAJALAH MULAJADI 

Festival Danau Toba (FDT) Tahun 2013 hanya tinggal menunggu waktu, Kegiatan tersebut diyakini menjadi cikal bakal pertumbuhan Pariwisata Daerah di Kawasan Danau Toba secara khusus Kabupaten Samosir. Untuk itu Kabupaten Samosir beserta seluruh komponen yang ada di dalamnya harus saling bekerjasama dan saling berintegrasi dalam mensukseskan Festival Danau Toba tersebut.

Saya, Togaraja Sinaga sebagai Camat Palipi dan mewakili Masyarakat Kecamatan Palipi Kabupaten Samosir mendukung penuh sekaligus siap mensukseskan event tersebut, ini merupakan sesuatu yang harus dilakukan sebab Festival Danau Toba dapat menjadi awal perubahan yang besar baik dari segi kepariwisataan maupun dari segi lainnya buat Kabupaten Samosir.

Festival Danau Toba akan menjadi pembelajaran penting buat masyarakat dalam hal mendidik kepariwasataan, di mana masyarakat sendirilah yang akan menjadi aktor dalam kegiatan tersebut.

Berbagai perlombaan akan diadakan, dan yang menjadi pemain dalam perlombaan tersebut Selanjutnya, event itu tentu akan dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai daerah baik local maupun mancanegara dan mereka disebut sebagai “Tamu”. Sebagai tamu sudah sepatutnyalah diperlakukan sebagai “raja” agar para
tamu merasa senang dan betah untuk berlama-lama di Kabupaten Samosir, sehingga akan berdampak pada segi ekonominya. Untuk itu, Kecamatan Palipi bersama seluruh Muspika siap mensukseskan Festival Danau Toba tersebut demi mewujudkan visi misi Kabupaten Samosir menjadi Daerah Tujuan Wisata Lingkungan yang Inovatif 2015.

Untuk Majalah Mulajadi, diucapkan terimakasih atas partisipasinya sebagai Media Pariwisata dan Budaya yang mau mengumandangkan Kepariwisataan dan Budaya secara khusus di Daerah Kabupaten Samosir. Semoga majalah ini semakin maju ke depan dan mampu menjadi media yang mendidik untuk semua kalangan dan usia mulai dari dari terkecil sampai terbesar. (Jimmi Saing)

FDT 2013 Samosir dipastikan "Jebu"

Jumat, 30 Agustus 2013

Salah Satu Tim Dayung saat Perlombaan Solubolon Pardua-duan di Kecamatan Pangururan/ Dok. Majalah Mulajadi/ Fourensus Sitanggang
MAJALAH MULAJADI

SAMOSIR - Festival Danau Toba yang akan dilaksanakan di Kabupaten Samosir saat ini dipastikan akan berlangsung meriah dan semarak. hal ini diungkapkan sebahagian kalangan warga Samosir. FDT kini menjadi buah bibir bukan hanya di Daerah Kabupaten Samosir tapi juga di luar daerah samosir.

Pemerintah Kabupaten Samosir juga telah melakukan berbagai persiapan-persiapan dalam menyambut Festival tersebut, bahkan dikabarkan Pemerintah Samosir menghimbau warganya untuk berjualan (berdagang) pada saat Festival agar dapat menambah pendapatan warga samosir dan tentu harus tetap menjaga kenyamanan pengunjung dengan membuat slogan bahwa pengunjung (pembeli-red) adalah "raja" terutama dalam menjaga kebersihan lingkungan.

Salah satu hal yang menarik pada saat ivent ini adalah akan tampak bakat-bakat alami yang dimiliki warga samosir. dimungkinkan akan terjadi perlombaan kreasi diantara masyarakat baik lokal maupun pengunjung untuk memanfaatkan kesempatan ini dalam menjajakan sekaligus menunjukkan hasil kreasi yang dimiliki.

misalkan saja, Kelompok kecil yang menamakan dirinya "BICOSUS" . kelompok usaha yang terdiri dari 3 pria muda, dan energik ini akan menyugukan Pakaian-pakaian dengan corak gambar objek-objek wisata yang ada di samosir.. ditambah lagi dengan pemandu-pemandu wisata yang siap melayani dengan ramah sekaligus sangat aktif dan fasif dalam menggunakan bahasa inggris.

selain itu, berbagai Kegiatan Seni Buidaya dan perlombaan yang telah dirancang dan siapkan Pemerintah Kabupaten Samosir sebagai Tuan dan Nyonya juga akan menambah kesemarakan dari Festival Danau Toba 2013. Festival tersebut akan dilaksanakan pada tanggal 8 hingga 14 September mendatang.

Majalah Mulajadi, Apa Urgensinya

Jumat, 23 Agustus 2013

MAJALAH MULAJADI

Oleh : Drs. JAMES SITANGGANG



Suatu ketika saya mendengar lagu ciptaan Buntora situmorang dengan judul “ Bangso Batak Bangsa Natarpasu-pasu”. Lagu ini mengingatkan kita bahwa bangsa Batak sesungguhnya bangsa yang besar, kuat, tangguh dan suka menghadapi tantangan. Hal ini bisa dilihat dari keberadaan bangsa batak bukan saja di Indonesia tetapi juga diberbagai Negara, tetapi kita juga tidak bisa pungkiri bahwa orang batak yang berdomisili di luar tanah Batak tidak banyak mengetahui cerita tentang tanah Batak, budaya Batak, silsilah Batak dan ciri-ciri lainnya. Kondisi ini terjadi karena mereka lahir diperantauan sesuai dengan profesi orang tua, biasanya dari kalangan TNI, Polri, Kejaksaan, Pengadilan, pedagang, profesi ini memang sering berpindah-pindah dan pada umumnya di negeri orang atau di luar Provinsi Sumatera Utara.
Hadirnya majalah Mulajadi mungkin dapat membantu para generasi muda Batak yang ada di perantauan untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan orang Batak termasuk perkembangan “Bona Pasogit”. Tidak mungkin seseorang bangga dengan dirinya kalau tidak mengetahui siapa dirinya, mudah-mudahan dengan membaca majalah Mulajadi, pengetahuan, pemahaman tentang “Bona Passogit” beserta isinya dapat menambah wawasan, meningkatkan rasa kebanggan serta lebih mengenal jati diri yang lebih baik bagi orang Batak. Sekali lagi kita orang Batak dalam segala kekurangannya harus bangga jadi orang Batak dan mencintai warisan, budaya serta tanah Batak.
Semoga majalah ini dapat menggugah, memanggil putra-putri Batak untuk membangun Bangsa Batak menjadi lebih baik, lebih kuat dan lebih kompak. HorasHorasHoras

FPP SAMOSIR TERUS BERBENAH

Rabu, 21 Agustus 2013

MAJALAH MULAJADI

OLEH : HARMOKO SINAGA, S.Hut

Pariwisata Samosir dengan Danau Toba sebagai andalannya menanti dan menunggu bahkan harus semua turut bersama-sama membangunnya dan mengembangkannya menjadi “wisata impian” bagi banyak orang. Seperti penggalan lirik lagu yang berasal dari daerah Toba “molo hutatap ho sian nadao o Toba Nauli boi do sonang rohakki palambok ate atekki, palambok pusu pusukki” (kalau aku menatap Danau Toba, hatiku bisa riang, amarah pun reda, murka tak jadi tiba), itulah yang menjadi sebuah harapan yang indah ketika berkunjung ke Danau Toba. Bagaimana mewujudkannya? Harus semua ikut bersama-sama.

Para Pengurus FPP/ Foto : Harmoko Sinaga, S.hut
Forum Pengembangan Pariwisata yang sejak dibentuk tahun 2010, senantiasa mengalami pasang surut bahkan masih dalam proses menunjukkan jatidiri yang sebenarnya dan kesolidan orang yang berjuang di dalamnya. Periode pertama yang diketuai oleh Fernando Sitanggang, SH.,M.H membawa FPP ini dengan memperkenalkan kepada masyarakat Samosir dan masyarakat pelaku wisata pada khususnya, dengan mengadakan berbagai kegiatan seperti Kebersihan Tempat Wisata, Peningkatan Pelayanan Prima dibidang Front Office, Food and Bavarage, Guide, dan Upaya Pengaturan Transportasi Wisata serta kepada Pedagang Souvenir. Upaya ini merupakan bentuk nyata untuk dapat merubah perbaikan pariwisata Samosir meski masih banyak kendala dan membutuhkan waktu panjang. Tapi FPP tetap memiliki spirit untuk perbaikan Pariwisata Danau Toba.

Berawal dari keinginan pengurus sebelumnya, FPP Samosir melakukan pergantian kepengurusan yang dilakukan pada Kamis, 25 Juli 2013 di Abadi Guest House - Tuktuk. Pengurus yang terpilih adalah dari anggota-anggota yang selama ini memberikan waktu dan perhatiaannya dalam menjalankan Forum ini. 

Ketua                          : Luker Sidabutar
Wakil Ketua 1             : Risma Simarmata
Wakil Ketua 2             : Leo Muda Limbong
Sekretaris                    : Harmoko Sinaga
Bendahara                   : Annette H.  Siallagan

Terpilihnya pengurus inti tersebut akan melakukan konsolidasi kepengurusan untuk menyusun personil didalam kepengurusan. Semangat baru terlihat dari kepengurusan baru. Semoga menjadi semangat kembali untuk berbenah dan kembali menjadi fungsi pendamping pelaku wisata bahkan sebagai pioner dalam mencapai Pariwisata Idaman. Pada Selasa, 30 Juli 2013 FPP dengan kepengurusan yang baru mengawali program dengan kegiatan Gotong Royong Kebersihan bersama keliling Tuktuk, dengan tujuan mengangkat kembali semangat masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan daerah wisata sebagai bagian dari upaya Sadar Wisata yang menjadi salah satu tujuan dari FPP ini. Kegiatan ini juga bertujuan untuk memperkenalkan Pengurus baru kepada masyarakat Samosir guna meningkatkan kerjasama sebagai wadah yang berasal dari masyarakat mewakili berbagai stakeholder yang ada. 

Berbagai kalangan turut hadir dalam kegiatan ini, antara lain; Tim Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Indecon, Pemerintahan Kabupaten Samosir yang diwakili Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya, Badan Lingkungan Hidup, Kecamatan Simanindo, Kelurahan Tuktuk dan Pemerintahan Desa Siallagan. Turut berpartisipasi juga Siswa-siswi SD N 25 Tuktuk, SD N 8 Tuktuk serta SMK Pariwisata Simanindo.
Kepada Forum, Camat Simanindo Viktor Sidabutar mengharapkan bahwa kegiatan ini adalah kegiatan yang bisa tetap rutin terlaksana dengan sendirinya bahkan agar bisa menjadi bagian dari budaya dan tradisi masyarakat. “Kita berharap kegiatan ini tetap ditingkatkan dan nantinya kita bisa bersama-sama agar para pemilik hotel dan pengusaha di daerah kita ini agar lebih terlibat, terimakasih kepada FPP,” terang Viktor yang hadir dengan staffnya dalam gotong royong. 

FPP Samosir merupakan satu Dari 7 kabupaten yang ada di kawasan Danau Toba yang berkomitmen tinggi mendukung program Destination Management Organization (DMO) yang digagas Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sejak 2011. Tiga kabupaten yang mendukung program pengelolaan destinasi Danau Toba, Sumatera Utara ini adalah Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Somasir, dan Kabupaten Simalungun. Sedangkan Danau Toba merupakan salah satu dari 15 destinasi yang masuk program DMO dari Kemenparekraf, selain Sabang, Kota Tua Jakarta, Pangandaran, Borobudur, Bromo-Tengger-Semeru, Batur, Rinjani, Flores, Tanjung Puting, Derawan, Toraja, Bunaken, Wakatobi, dan Raja Ampat.

Danau Toba yang menjadi ikon pariwisata Sumatera Utara, pernah mengalami masa kejayaan di Tahun 1996, namun sejak 1998 terus mengalami penurunan jumlah pengunjung hingga saat ini. Oleh karenanya, Danau Toba dipilih menjadi salah satu destinasi prioritas oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kem. Budpar) untuk menata kembali pengelolaan pariwisatanya. Semangat “bekerja dengan hati” untuk membangkitkan kembali kejayaan pariwisata Danau Toba ditularkan ke para stakeholders, agar meningkatkan keterlibatan dan rasa memiliki Danau Toba. Kem. Budpar sejak Juni sampai Desember 2010 ini telah memfasilitasi proses perencanaan tahap awal untuk dukungan terhadap pariwisata Danau Toba melalui program tata kelola destinasi pariwisata atau lebih dikenal DMO (Destination Management Organizations) ; yang akan diselenggarakan hingga 2014.

Forum Pengembangan Pariwisata (FPP) Samosir diharapkan bisa menjadi awal semangat perubahan Pariwisata Samosir yang lahir dari lapisan masyarakat dan selanjutnya dukungan semua stakeholder yang ada di Kab Samosir yang diarahkan kearah wisata impian, dan kecintaan kita kepada Danau Toba yang tertuang dalam Lagu “Tao Toba Nauli”.
Lanjutan Lirik Lagu “Tao Toba Nauli”
....
Alai dung hupajonok dompak ho.
(Tapi saat teringat dengan mu)
Rohakku pe sai tu nadao.
(Hatiku slalu ketempat yang jauh)
Tarsunggul tu ari naro.
(Teringat pada masa yang datang)
Rohakku pe lammu jonok.
(Hatiku semakin mendekat)
O tao toba na tio.
(Oh Danau Toba yang indah)

Tu ho ro au paboahon, sude na di rohakkon.
(kepada mu aku datang mencurahkan, segala yang ada di hatiku
Dilambungmu maruari, rap dohot donganhi.
(Dekatmu hari terindah, aku bersama temanku)
Ai nung tarbarita goarmi tu ujung ni portibion.
(Namamu sudah sampai ke ujung dunia)
O tao toba na tio sai boan manang arsakkon.
(Oh Danau Toba yang indah, bawalah semua bebanku)
Na lohot di rohakkon.
(yang melekat di hatiku)

Tu ho ro au paboahon, sude na di rohakkon.
Dilambungmu maruari, rap dohot donganhi.
Ai nung tarbarita goarmi tu ujung ni portibion.
O tao toba na tio sai boan manang arsakkon.
Na lohot di rohakkon.

Menelusuri Jejak Pangulu Balang di Samosir

MAJALAH MULAJADI

OLEH : RIA SITORUS
(Situs Pangulu Balang; posisi si terdakwa saat akan disembelih
Foto oleh : Ria Sitorus)
Pulau Samosir tentu menjadi pilihan tepat yang sangat refresentatif bagi kami. Selain panoramanya yang nan eksostis, juga masih banyak misteri yang belum terungkap di sana. Pulau Samosir—adalah sebuah pulau di dalam peta Pulau Sumatera. Dan Danau Toba—adalah sebuah danau yang penuh misteri. 

            Dalam sejarah geologi, Danau Toba merupakan danau terbesar di Asia Tenggara, bahkan di dunia. Proses super-vulcanologi pembentukan Danau Toba ini pun mengundang para peneliti dan ahli-ahli geologi dari berbagai belahan dunia untuk melakukan penelitian secara langsung ke Pulau Samosir yang dikelilingi Danau Toba maha luas ini.
            Jika para peneliti dari luar negeri dominan lebih tertarik meneliti bentang alam dan serajarah proses geologi Danau Toba dan Pulau Samosir, berbeda dengan kami yang kali ini mencoba menelusuri jejak-jejak sejarah Bangso Batak melalui situs-situs sejarah yang masih tersisa, seperti halnya situs Pangulu Balang di Huta Siallagan.
            Pangulu Balang—dalam sejarah kerajaan Bangso Batak, merupakan pasukan penjaga Harbangan di sebuah ‘Huta’—kampung. Tugas dan fungsi “Pangulu Balang” adalah untuk menjaga ketahanan dan pertahanan sebuah ‘huta’ dari serangan musuh dan para penjahat yang berniat merusak ketentraman ‘huta’ tersebut. “Pangulu Balang”  ditempatkan tepat di ‘harbangan’ ni ‘huta’ (pintu gerbang masuk sebuah perkampungan).
            Jika “Pangulu Balang” berhasil menangkap penjahat yang masuk ke ‘huta’ yang mereka jaga, seperti misalnya ‘panangko’ (baca: panakko)—pencuri, ‘pangalangkup’ (baca: pangalakkup)—penzinah, ‘pamunu’—pembunuh; maka si penjahat tersebut akan diserahkan kepada Raja Huta yang berkuasa. Lalu, oleh Raja Huta, digelarlah acara “marlolo Raja”—sebuah acara untuk musyawarah-mufakat antara Raja, para penasehat huta, datu dan para tetua adat untuk menentukan hukuman yang sepantasnya bagi si penjahat tersebut sesuai jenis kejahatan yang dilakukannya.
            Setelah si terdakwa terbukti bersalah, maka dijatuhilah dia hukuman mati. Si penjahat dibawa ke tempat ‘paneatan’—pemotongan, yang telah disediakan di ‘harbangan ni huta’—pintu gerbang masuk kampung. Si penjahat dikawal oleh para “Pangulu Balang” lalu diletakkan di atas batu ‘paneatan’ dalam posisi terbaring, tangan diikat di belakang punggung, kaki hingga lutut ditekut/dilipat di atas perut mencapai dada. Di bawah batu ‘paneatan’ itu telah terlebih dulu dikumpulkan biji-biji kemiri yang kering sebagai bahan bakar untuk membakar mayat itu nantinya, setelah si penjahat telah dipotong lehernya (tapi tidak sampai terputus dari kepala).
            Setelah semua persiapan sudah lengkap, salah seorang “Pangulu Balang” yang telah dinobatkan sebagai ‘paneat’ (pemotong) akan mengambil pisau panjang yang telah disediakan oleh Raja Huta, lalu ‘maneat’ (memotong) leher si penjahat. Ritual ‘paneatan’ ini disaksikan oleh Raja Huta, para penasehat kerajaan, para datu, para tetua adat, para pangulu balang, warga huta serta terutama keluarga si terdakwa.
Setelah dipastikan si penjahat telah mati, maka tumpukan kemiri kering di bawah ‘batu paneatan’ itu dinyalakan untuk membakar mayat si penjahat tersebut (dengan tujuan, agar tidak menyebarkan penyakit).
Situs peninggalan “Batu Paneatan” itu masih bisa kita temukan di huta Siallagan, Pulau Samosir, beberapa km sebelum lokasi situs Pemenggalan Batu Kursi, Huta Siallagan. Situs Batu Paneatan Pangulu Balang ini terletak di harbangan ni huta, dekat dengan porlak (kebun) warga. Situs ini masih utuh meski terlihat agak berlumut kerana kurang perawatan.
            Pulau Samosir merupakan ladang sejarah misteri yang tersimpan di dalam celah-celah  bebatuan. Semakin dicungkil—semakin banyak melahirkan tanda tanya. Dan tak habis-habisnya. Maka sangat wajar jika pada akhirnya Pulau Samosir menjadi tujuan utama perjalanan setiap orang. Apakah dia seorang penulis yang sedang ingin mencari inspirasi-inspirasi baru, atau pun mereka para penggiat seni rupa, sebab panorama nan eksotis, lukisan Agung Maha Karya Sang Debata tentu akan memancarkan keluasan imaji yang luar biasa. Atau pun bagi mereka para geolog yang sedang ingin memperkaya pemahaman dan ilmunya lewat penelitian, serta masyarakat umum dengan berbagai profesi lainnya. Danau Toba tentu menjadi tempat paling tepat.

Selain situs wisata budaya “Pangulu Balang”, masih banyak situs-situs budaya lainnya yang bisa kita kunjungi dan tak kalah menarik. Seperti halnya situs “Persidangan Batu Kursi”, situs “Kerajaan Sidabutar”, situs “Raja Lontung”, Huta Tomok, Sianjur Mula-Mula, Batu Hobon, Pusuk Buhit, Aek Sipitu Dai, dan situs-situs wisata-budaya lainnya yang juga menyimpan seribu misteri dari kisah sejarah masa lalu peradaban Bangso Batak.

KOLOM PEMRED

 

© Copyright Majalah Mulajadi